Selamat Hari Raya Waisak 2569 BE
Sejarah Waisak
Waisak ditandai sebagai tiga peristiwa penting yang terjadi pada sang Buddha Gautama atau Guru Agung bagi umat Buddha. Tiga peristiwa tersebut ditandai dengan kelahiran sang Buddha Gautama yang berjalan menuju pencerahan sempurna serta keberangkatan sang Buddha. Tiga peristiwa tersebut, kemudian dikenal sebagai Hari Tri Suci Waisak.
Setiap tahunnya, hari raya Waisak jatuh pada tanggal yang berbeda, tetapi umumnya pada bulan Mei atau bergantung pada penandaan kalender Buddha atau Buddhist Era (BE).
Makna Perayaan Waisak
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:
1. Kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.
2. Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM.
3. Wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Menyongsong Waisak, umat Buddha sering mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, bersih makam pahlawan. Pada saat Hari Waisak, umat Buddha melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama. Kegiatan lomba atau pentas kesenian juga dilaksanakan untuk memeriahkan perayaan Waisak.
”Pencapaian Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan. Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
Tahapan Hari Raya Waisak
1. Mengambil Air Berkat
Tahapan pertama Hari Raya Waisak yaitu dengan mengambil air berkat. Pengambilan air berkat biasanya dilakukan di sumber mata air yang suci. Biasanya pengambilan air berkat juga digabungkan dengan penyalaan obor.
2. Ritual Pemujaan
Tahapan selanjutnya dari perayaan Hari Raya Waisak adalah dengan melakukan ritual pemujaan. Biasanya akan diadakan ritual pemujaan serta penghormatan kepada sang Buddha yang terdiri dari kegiatan doa, meditasi, serta penyampaian ajaran Buddha.
3. Ritual Keagamaan
Setelah melaksanakan ritual pemujaan, langkah berikutnya adalah ritual keagamaan. Ritual keagamaan biasanya meliputi membaca sutra, meditasi, dan berbakti kepada para Biksu. Cara berbaktinya adalah dengan memberikan sumbangan atau donasi bisa berupa makanan atau kebutuhan lainnya. Tujuannya supaya seluruh umat Buddha mempunyai kesempatan yang sama untuk berbuat kebaikan.
4. Melakukan Kebaktian
Tahapan ini biasanya untuk menghormati sang Buddha. Adapun beberapa kegiatannya adalah pembakaran dupa dan menaburkan bunga sebagian bentuk penghormatan kepada sang Buddha.
5. Meditasi atau Samadhi
Tahapan selanjutnya adalah meditasi atau Samadhi. Biasanya Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan puncak bulan purnama tidaklah sembarangan. Umumnya dilihat atau dihitung berdasarkan perhitungan falak. Kemungkinan besar, bulan purnama bisa terjadi pada siang hari.
6. Upacara Pradaksina atau Parikrama
Upacara Pradaksina merupakan salah satu kegiatan dengan tujuan penghormatan dan biasanya kegiatannya adalah mengelilingi objek pemujaan seperti stupa dan pohon Bodhi serta dilakukan sebanyak tiga kali.
7. Pelepasan Ribuan Lampion
Serta yang terakhir adalah pelepasan ribuan lampion. Pelepasan ribuan lampion biasanya dilakukan pada 21.00 WIB tepatnya pada malam hari.
Komentar
Posting Komentar