MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW
MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Maulid
Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang
jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah. Maulid
Nabi digelar sebagai bentuk penghormatan dan wujud rasa cinta kepada Nabi Muhammad
SAW.
SEJARAH KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Rasulullah
lahir pada 570 Masehi atau dalam khazanah Islam disebut "Tahun
Gajah". Nabi Muhammad lahir dari rahim Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf
bin Zuhra. Beliau lahir sebagai anak yatim setelah Ayahanda yaitu Abdullah bin
Abdul Muthalib, meninggal dalam perjalanan niaga dari Syam. Pada saat menginjak
umur 6 tahun, beliau kehilangan Sang Ibunda. Setelah wafat kedua orang tua Nabi
Muhammad SAW maka beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dan setelah
kakeknya wafat diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib, Nabi Muhammad SAW tumbuh
menjadi pemuda yang mempunyai budi pekerti baik.
Nama
"Muhammad" dipilihkan oleh sang kakek, Abdul Muthalib menimbulkan
pertanyaan di kalangan kaum Arab Makkah. Ketika diadakan "kenduri"
penyembelihan unta selepas 7 hari kelahiran sang bayi, sebagaimana dituliskan
Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1980),
orang-orang Quraisy bertanya-tanya kenapa nama bayi itu tidak diambil dari
nama-nama nenek moyang mereka.
Abdul
Muthalib yang menyaksikan kedahsyatan peristiwa "Perang Gajah" dan
bantuan serangan dari "langit" lantas menjawab: “Kuinginkan dia
[Muhammad] akan menjadi orang yang terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi
makhluk-Nya di bumi.”
Dalam
bahasa Arab, kata "Muhammad" diambil dari kata sifat yang berarti
"orang yang terus-menerus terpuji." Harapan Abdul Muthalib terkabul
karena Nabi Muhammad SAW menjadi sosok yang demikian berpengaruh, berbudi
pekerti luhur hingga dijuluki Al-Amin (orang terpercaya), dan
memperoleh tempat khusus di sejarah dunia.
“Dari
sahabat-sahabat Rasulullah saw. mereka pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
ceritakanlah kepada kami tentang dirimu.’ Rasul menjawab, ‘Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan
berita gembira yang disampaikan Isa. Saat ibuku mengandungku, ia melihat
seakan-akan dari tubuhnya keluar nur (cahaya) yang dapat menerangi semua gedung
kota Basrah yang ada di negeri Syam.”(HR
Al-Hakim).
SEJARAH AWAL PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD
Sumber gambar Pinterest |
Sejarah peringatan Maulid
Nabi diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-10. Peringatannya
dimulai sejak era Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan yang dahulu berlokasi di
antara Afrika Utara (Mesir) dan Timur Tengah.
Menurut Ulin Niam Masruri
dalam Riwayah: Jurnal Studi Hadis (2018), orang pertama yang
merayakan Maulid Nabi adalah seorang raja dari Dinasti Fatimiyah bernama
Raja al-Muiz Li Dinillah. Masa pemerintahannya berlangsung antara tahun 341-365
Hijriah atau 952-975 Masehi.
Adapun sejarah maulid Nabi Muhammad
saw. yang digelar secara meriah tercatat pada masa kepemimpinan Raja
Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kaukabri ibn Zainuddin Ali bin Baktakin. Sebagaimana
diungkapkan oleh Imam Al-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi lil Fatawi,
sang raja menggelontorkan dana mencapai 300.000 dinar untuk peringatan maulid
Nabi.
Para
sejarawan menilai bahwa peringatan maulid Nabi di
era Dinasti Fatimiyah awalnya untuk keperluan legitimasi politik. Namun,
peringatan tersebut sempat dilarang beberapa saat sebelum Dinasti Fatimiyah
berakhir. Pelarangan tersebut ditetapkan oleh salah satu pemuka agama di
Musta'il Billah yang mengkhawatirkan adanya bidah dalam perayaan hari ulang
tahun Nabi dan anggota keluarganya.
Setelah
Dinasti Fatimiyah berakhir dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, peringatan
Maulid Nabi kembali dilaksanakan. Cara peringatan Maulid Nabi pada Dinasti
Ayyubiyah sangat berbeda dengan peringatan dinasti sebelumnya.
Dinasti
Ayyubiyah memperingati Maulid Nabi dengan lebih megah dan dalam jangka waktu
lama. Bahkan, menurut
Ahmet Ozel dalam Mawlid: Its History and Religious Decision (2002),
persiapan untuk memperingati Maulid Nabi berlangsung berhari-hari.
Peringatannya dirayakan oleh
seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pelancong. Salah satu tradisi yang
dilakukan saat maulid Nabi oleh Dinasti Ayyubiyah adalah membuka rumah tempat
kelahiran Nabi untuk umum. Hasilnya, banyak peziarah dari
seluruh negeri yang datang berkunjung ke rumah kelahiran Nabi Muhammad setiap
12 Rabiul Awal. Tradisi ini yang kemudian diturunkan ke dinasti selanjutnya
selama ratusan tahun.
SEJARAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW DI INDONESIA
Ada banyak versi
terkait sejarah maulid Nabi di Indonesia. Beberapa mengungkapkan
peringatan maulid Nabi dimulai di Pulau Sumatera, bersamaan dengan pertama kalinya Islam masuk ke Nusantara.
Versi yang paling populer adalah kisah
maulid Nabi Muhammad yang dimulai dari wilayah pulau Jawa. Hal ini berkat ajaran
para Wali Songo yang ingin menyebarkan Islam
melalui seni dan budaya pada abad ke-14.
Salah satu peringatan Maulid Nabi
tertua di Nusantara dilaksanakan oleh Keraton Solo dan Yogyakarta, bernama "sekaten". Dikutip dari laman web resmi Pemerintah Kota Surakarta, tradisi ini
diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-15. Istilah sekaten berasal
dari bahasa Arab "syahadatain" yang artinya sebuah kalimat
mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
Dalam praktiknya, tradisi sekaten dilakukan
dengan menggelar pasar malam meriah yang digelar selama sebulan penuh.
MENGAPA HARI MAULID NABI DIPERINGATI?
- Mengekspresikan rasa syukur
- Mengamalkan ajaran baik Rasulullah
- Mengingat kembali sejarah kehidupan Nabi
- Menjadi momen untuk memantapkan keimanan
- Melestarikan tradisi yang baik
Komentar
Posting Komentar