Gubenur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Merosot Karena Riba
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kemajuan ekonomi syariah dapat mengurangi gangguan stabilitas nilai tukar.
“Saya
merasa yakin, (gangguan stabilitas) ini juga bagian dari ekonomi yang
riba,” kata Perry dalam acara halalbihalal dengan Ikatan Ahli Ekonomi
Islam Indonesia (IAEI) di Jakarta, seperti dilansir dari ANTARA, Selasa, (3/7/2018).
Ia
mengatakan peningkatan suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate” 50
basis poin (bps) dilakukan untuk mengatasi serangan spekulasi dari
global yang membuat stabilitas nilai tukar rupiah terganggu.
“Kalau
bisa membuat ekonomi syariah makin maju di Indonesia, mestinya
kebutuhan untuk melakukan intervensi atau menaikkan suku bunga bisa
dikurangi,” ujar dia.
Perry juga
mengajak semua pihak terkait untuk mengejar ketertinggalan Indonesia
dalam perekonomian syariah. Ia menyoroti banyaknya negara yang
penduduknya bukan mayoritas Islam namun ekonomi syariahnya lebih maju
dari Indonesia, misalnya Thailand dan Australia.
Lebih
lanjut, Perry mengatakan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) harus
mampu menjalankan strategi nasional pengembangan ekonomi keuangan
syariah sebagai arus baru pengembangan ekonomi di Indonesia.
Langkah
yang bisa dilakukan terkait strategi nasional tersebut antara lain
memajukan industri ekonomi halal dalam suatu jejaring yang terus
berkembang, baik melalui basis pesantren atau asosiasi pengusaha.
Kemudian,
Perry juga mengatakan mengenai perlunya pengembangan perbankan dan
keuangan syariah sekaligus instrumen keuangan syariah. “Juga
pengembangan riset, edukasi, wirausaha, dan kampanye halal life style di
Indonesia,” ujar Perry Perry Warjiyo. (DH/MTD)
Sumber : ANTARA | Redaktur : Hermanto Deli / kabasurau.co.id
(nahimunkar.org)
Komentar
Posting Komentar