Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Harga Minyak Dunia Naik Saat Pengurangan Produksi OPEC Makin Besar

Harga minyak mentah dunia berbalik kembali menanjak naik pada perdagangan, Jumay (21/12/2018) setelah sempat jatuh mencapai 5% di sesi terakhir sebelumnya. Sentimen positif datang dari pemangkasan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) yang mulai bulan depan terlihat lebih dalam dari perkiraan sebelumnya. Seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional meningkat sebesar 1,51% menjadi USD55,17 per barel pada pukul 01.12 GMT, untuk menjadi sinyal pemulihan dari kerugian USD2,89 per barel pada sesi sebelumnya. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) di AS, lebih tinggi 1,53% yang setara 70 sen ke level USD46,58 per barel. OPEC berencana untuk merilis sebuah tabel yang merinci kuota pengurangan produksi bagi para anggotanya dan sekutunya seperti Rusia dalam upaya untuk menaikkan harga minyak mentah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal OPEC dalam sebuah surat yang

Petani Sawit di Inhu Menjerit,Harga Tandan Buah Segar Anjlok Hingga Rp 600 PerKg

Gambar
 Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, Indonesia saat ini hanya Rp 880 bahkan ada yang di kisaran Rp 600 per Kilogram, harga itu turun dari harga sebelumnya Rp 1.050. Harga TBS kelapa sawit itu belum harga yang diterima petani, karena yang diterima petani hanya Rp 250. Petani Kelapa Sawit di Rakit Kulim, Joni Sigiro  mengaku, harga TBS kelapa sawit Rp 880 sudah berlangsung selama sebulan. "Sudah sebulan ini harga TBS kelapa sawit Rp 880, itu kalau dijual ke ram karena PKS gak menerima buah dari sini lagi karena buah PKS juga banyak," kata pria yang akrab disapa Giro itu. Harga yang terlalu rendah sangat merugikan petani. Giro berkata, dari harga tersebut petani hanya menerima Rp 250. "Gak cukuplah untuk hidup," katanya. Petani kelapa sawit di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) mengeluhkan soal harga sawit yang rendah. Emy Rosyadi, salah satu petani kelapa sawit Inhu m

Gubenur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Merosot Karena Riba

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kemajuan ekonomi syariah dapat mengurangi gangguan stabilitas nilai tukar. “Saya merasa yakin, (gangguan stabilitas) ini juga bagian dari ekonomi yang riba,” kata Perry dalam acara halalbihalal dengan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) di Jakarta, seperti dilansir dari  ANTARA , Selasa, (3/7/2018). Ia mengatakan peningkatan suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate” 50 basis poin (bps) dilakukan untuk mengatasi serangan spekulasi dari global yang membuat stabilitas nilai tukar rupiah terganggu. “Kalau bisa membuat ekonomi syariah makin maju di Indonesia, mestinya kebutuhan untuk melakukan intervensi atau menaikkan suku bunga bisa dikurangi,” ujar dia. Perry juga mengajak semua pihak terkait untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam perekonomian syariah. Ia menyoroti banyaknya negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam namun ekonomi syariahnya lebih maju dari Indonesia, misalnya Thailand dan Austr